tag:blogger.com,1999:blog-8945711221076275771.comments2012-06-28T07:24:05.448-07:00expectationrobimahmudinhttp://www.blogger.com/profile/01196346954347196157noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-8945711221076275771.post-47715706120834248902012-06-28T07:24:05.448-07:002012-06-28T07:24:05.448-07:00Kalimat anda "jangankan membaca majalah dan s...Kalimat anda "jangankan membaca majalah dan surat kabar, untuk membaca sebuah buku pun masyarakat Tasikmalaya mungkin belum terbiasa, membaca al quran mungkin lebih terbiasa daripada membaca sebuah surat kabar dan majalah" perlu dipertanyakan lagi. Apa sumbernya?<br />Usia penerbitan yang singkat bagi surat kabar pribumi tidak hanya terjadi di Kota Tasikmalaya, melainkan juga di beberapa daerah. Oleh karena itu, patut dipertanyakan kalau anda menjadikan itu (minat baca yang rendah) sebagai satu-satunya indikator untuk menilai lama tidaknya surat kabar terbit. Saya sendiri tidak secara khusus meneliti tentang itu. Yang saya teliti adalah mengapa di Kota Tasikmalaya cukup banyak terbit surat kabar pribumi (1900-1941). Jika anda minat untuk meneliti masalah ini, itu sesuatu yang bagus. Sayangnya, pada saat makalah ini saya paparkan, anda tidak bertanya (entah hadir atau tidak).<br />Bisa jadi tidak semua masyarakat Kota Tasikmalaya membaca surat kabar. Saat ini pun mungkin hanya sekian persen yang membaca surat kabar. Namun demikian, kalau anda membaca surat kabar itu, tidak sedikit berita yang memuat nasionalisme. Balaka dan Toembal, misalnya, tidak hanya memberitakan bagaimana Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan tokoh pergerakan nasional lainnya menyampaikan gagasan-gagasan nasionalisme. Dalam perspektif lokal, keberadaan surat kabar lokal bisa menjadi wadah bagi masyarakat lokal menyampaikan gagasan nasionalisme-nya.<br />Jadi, dalam perspektif inilah, anda harus melihat peranan pers dalam menumbuhkan nasionalisme. Hampir di setiap surat kabar yang terbit di Kota Tasikmalaya selalu ada rubrik berupa artikel politik, berita politik, hubungan politik dan agama, dan semacam surat pembaca. Nah, itulah salah satu bentuk komunikasi karena tidak sedikit tulisan itu mendapat tanggapan dari pembaca, entah itu tokoh, entah itu rakyat, entah itu pelajar, entah santri (ada beberapa media massa berbasiskan agama).<br />Namun demikian, saya salut kepada anda yang telah mengkritik saya. Teruslah berpikir dan berkarya sehingga anda akan lulus dari sejarah tidak secara kebetulan ...Miftahul Falahnoreply@blogger.com